Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

diam dalam gerak

Hujan sering kali datang disaat hati terasa hampa Keheningan sering kali ku rasakan di saat mabuk pikiran kadang malam merindu pagi dan pagi merindu malam Ingin saja kuceritakan kisahku pada mereka Karena beban sudah kutahan lamanya Namun bukankah lebih baik diam? Mungkin aku lelah dengan kebisingan tak biasa kadang akalku mengajak bebas hati Namun tak bisa kugerakkan Terus aku harus bagaimana? Menangislah menangislah dihadapan Tuanmu ini!! Ia Pemilik obat luka Ia Penghilang beban berat Ia adalah Ia Sang penikmat hati Aku sering mengendam luka Rasanya perih Hancur tak berasa Ingin kuteriakkan tangisan Melepaskan sepi di ruang Namun lega karena-Nya kadang merasa percuma-cuma ragu dalam bertindak tapi ternyata aku salah dan itu tidak benar hanya saja dalam rahasia Nya tak mungkin aku tahu

diamku

di terik mentari yg panas merasa hawa yg panas di waktu hujan turun gemurun bersama rintihan air turun suasana hening terasa gelap bagai keramaian yang hilang di sudut sunyi tanpa kilauan membayang malam sudah menggelap imajinasi kecil mulai bermain membisik hati untuk berencana rencana klasik yang ingin didambakan walau palsu namun terasa nyata

Terjebak nostalgia

Seperti biasa aku berjalan dengan rasa lesuh tak bersemangat, hidup seperti ini memang terasa membosankan tiap hari gerak gerik yang sama tanpa berbeda sedikitpun. Kadang pikiranku mulai melayang malas berkomunikasi dengan orang sekitarku, namun dia? Dia tak asing lagi untukku yang selalu ingin ku lontarkan cerita pahitku yang ingin terasa manis. Malam itu aku bosan menikmat ruang sepi, butuh suara yang mengajak diri dalam keramaian. Dia datang membujukku untuk bercerita dengan memakan waktu kosong dalam keheningan. Saat itu aku mulai berpikir tegang dalam rasa karena berpikir waktu sudah gelap, dan tak lupa mengamati sekitar yang jiwanya telah melayang. Tapi dengan begitu ceritanya kapan aku bisa mengusir sepiku di ruang kosng ini? Akhirnya telah aku putuskan untuk menjawab teleponnya melalui via whatsapps, kami bercerita tentang beban yang telah lama kita pendam lamanya, kadang cerita itu unik bahkan leluconpun sudah jadi hal seru. Kuamati bintang sambil tersenyum membayang indah...

Di Jalan sepi

Aku berjalan bagai zombie tak bersuara Dengan bisu ingin berteriak Mengasing diri di arus tak berarah Sepatu ini kotor Namun tak luka Cuaca ini segar Namun hening di rasa Bunga itu indah Seperti memanggil kupu-kupu yang tak kemari Ku melangkah tak peduli senyum yang di sapa Hatiku terasa dingin ingin pergi menjauh melewati arus Namun kakiku kaku Akalku lemah Bayangku menahanku Dengan ini bukankah diam lebih baik? Ah sudahlah.... Aku bingung